Pages - Menu

"Habibie & Ainun" the BEST Indonesian Movie of the year (ever after)

Habibie & Ainun

      Habibie & Ainun  is an Indonesian drama movie which was released on December 20, 2012. The film stars Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari and Tio Pakusadewo. At launch, the film is witnessed by the 6th President of the Republic of Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, accompanied by the 16th Governor of Jakarta, Ir. H. Joko Widodo, and by the film's main character himself, the 3rd President of the Republic of Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie . The film is taken from a memoir written by Habibie about his late wife , Hasri Ainun Habibie, in books  "Habibie dan Ainun" before.
     
     Sinopsis

      This is a story about what happens when you find your soulmate. The story of first love and last love. The story of the third President of Indonesia and the Mother of Country. The story of Habibie and Ainun.
Rudy Habibie is an aircraft expert genius who has a big dream: to devote to the Indonesian people by making trucks flying to unify Indonesia. While Ainun was a smart young doctor with a career path wide open for her.
       In 1962, two junior colleagues met again in Bandung. Habibie fell in love with him instantly on Ainun by called her 'a sweet sugar'. But Ainun, he did not just fall in love, her faith in Habibie's vision and dream . They got married and flew to Germany.
      
       Have dreams will never be easy.  Habibie and Ainun  knew it. Their love built up the way to realize the dream. The cold snow German, sacrifice, pain, loneliness and temptations of wealth and power as they return to Indonesia accompany the journey of two lives into one.

       For Habibie, Ainun is everything. Ainun is his eyes to see the world. For Ainun, Habibie is everything, filling her life. But every story has an end, every dream has a limit. Then at one point, two lover realized it; Are they will be able to continue their love till forever?

Teaser 1 Habibie & Ainun

Teaser 2 Habibie & Ainun

     Fact about this movie.
 This is a real biography movie by the 3rd President of Indonesia, B.J. Habibie and Hasri Ainun Habibie , his lovely wife as the Mother of Country. I think this movie was very amazing and sooo sweet. :3 
I was speechless and couldn't hold my tears to fall, when Habibie had to lost his wife forever, but their love will never stop till the end. This movie had two language, Indonesian when Habibie in Indonesia and Deutsch when Habibie attended the doctor degree course also worked in Germany. He was my new inspiration to be more study hard and seriously thinking my future also my life vision. I learned so much from this movie, about the dream, education, faith, love, nationalism, history and patience when we get down and pressures. I officially recommend this great movie for you to watch. I swear that I will never bored watching movie.







Wise Word for Motivation (for me)

 1. Anda harus tahu anda bisa menang, anda harus berpikir anda bisa menang, dan anda harus merasakan anda bisa menang. - Sugar Ray Leonard (petinju)


  Dari pemikiran akan melahirkan hasil yang akan kita terima nanti. Jadi, harus berani mencoba apapun yang terjadi. Gagal itu urusan nanti, yang paling penting saat ini, realize it and keep trying ! :)

2. Orang jadi sangat luar biasa ketika mulai berpikir bahwa mereka dapat melakukan sesuatu. Ketika mereka percaya diri, mereka memiliki rahasia pertama dari kesuksesan - Abraham Linchon.

  Terkadang di dalam pemikiran, secara tak sadar sesuatu melintas saat kita melihat hal biasa atau hal yang sudah biasa. Sedang pemikiran untuk mengubah hal biasa itu disebut ide. Sekarang lakukan. Itu namanya percaya diri. Sukses itu urusan akhir.


3. Menjadi sukses di depan orang-orang yang meremehkan anda adalah cara terbaik untuk balas dendam.


  Tunjukan kemampuanmu, kau bisa dan segalanya akan jadi lebih baik. Tetap positive thinking dan jangan menyerah memberikan yang terbaik.








GUBUK DALAM HUJAN

Ini cerpen amatir banget waktu SMA..:D
 by Lila


Mendung menodai birunya langit, menyembunyikan  matahari  yang seharusnya menampakkan wajahnya  di kota Jakarta siang itu. Angin berhembus agak kencang dari biasanya membuat ranting-ranting pohon bergelayutan tak tentu arah hingga daun-daun kering berkelana kesana kemari. 

Lila berlari sekuat tenaga melintasi sepanjang rel kereta api, melewati jalan sempit menuju sebuah gubuk di pinggiran kota Jakarta . Napasnya tersengal saat telah mendapati seorang siswa SMU yang masih mengenakan seragam abu-abu putih sedang duduk menyandar pada tiang gubuk kecil kumuh itu membelakanginya dan terlihat sedang memandangi langit . Tidak menyadari kedatangan Lila.

Lila masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan setelah berlarian sekuat tenaga dari SMU Pelita Bangsa yang jaraknya hampir 1 km dari tempatnya berdiri sekarang. Dirapikannya ikatan rambut panjangnya yang acak-acakan setelah berlarian tadi. Dia menepis keringat yang membasahi pelipisnya , merapikan seragamnya dan bergegas menghampiri cowok itu. Ditepuknya bahu cowok itu agak kasar hingga cowok itu menoleh.

“No, sorry, gue telat. Tadi ada sedikit masalah di sekolah gue.” Jelas Lila  sembari pura-pura menggaruk-garuk belakang kepalanya. “Wali kelas gue ngelahirin di kelas pas  jam terakhir tadi.” Lila tampak serius bercerita pada Nino.

Nino tertawa kecil. “Parah lo, wali kelas lo kan Bapak gue. Lo kira sapi apa, pake acara ngelahirin lagi. Emang parah lo bercandanya.” Nino menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah sahabatnya itu.

“Habisnya Bapak lo killer sih, beda banget sama di rumah lo. Kalo gue datang pasti disambut kayak mantu kesayangan. Lha di sekolah, boro-boro disayang, gue disiksa melulu.” Lila mengomel panjang lebar sambil nyengir sendiri.

“Lo kurang pinter sih, jadi kelebihan bego nya. Gimana mau disayang coba?” timpal Nino.
“Nah itu masalahnya, habisnya jatah kepinteran gue lo ambil sih. Gue nggak kebagian kan. Hehe.” Lila nyengir lebar. “Jadinya kan salah lo.”

“Ckckck..Percuma gue debat kusir sama lo. Ngalah deh gue.” Nino nyerah. Sekali lagi cengiran lebar menghiasi wajah Lila.

Tiba-tiba hujan turun cukup deras. Membuat mereka berdua terjebak di gubuk itu.

“Yaah, gue nggak bawa jas ujan lagi. Gara-gara nunggu lo hampir sejam lebih nggak dateng-dateng, hujan kan?. Apa gue bilang.” Omel Nino.

“Sorry deh, sekarang mana barangnya?” Lila minta maaf. Nino mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengambil sebuah bungkusan plastik dan menyerahkannya pada Lila.

“Nih, pesenan lo. Persediaan terbatas soalnya. Jadi maklum deh kalo harganya selangit.”  Nino menyerahkan bungkusan itu dengan sangat hati-hati. Lila tersenyum puas setelah mengintip bungkusan itu.

“Gila, lo emang temen gue yang paling keren. Seumur hidup gue nggak pernah ngerasain kebahagiaan ini. Suer.” Lila mengacungkan dua jari dan tersenyum lebar pada sahabatnya itu.

“Emang buat apa sih lo nyari-nyari itu barang?” tanya Nino penasaran.

“Rahasia dong. Pokoknya makasih banget sob, you’re the best dah.” Lila tersenyum senang. Nino sedikit merona melihat sahabatnya itu tersenyum. Sepertinya sesuatu telah terbangunkan di dalam dirinya. Dia merasa lega melihat  Lila tersenyum karenanya. Dia berharap Lila akan selalu tersenyum untuknya.

“Yuk pulang.” Lila mengajak Nino pulang. Nino mengangguk mantap.

Nino mengambil jaket dalam tasnya dan mengayomi Lila di bawah jaketnya. Mereka berjalan pulang beriringan di tengah hujan dengan berlindungkan jaket Nino.

                                                                   ***

Setibanya di rumah, Lila membuka bungkusan plastik dari Nino dan menaruhnya di mangkuk.

“Kayak gini aja  mahalnya selangit. Tuh anak emang cakep deh kalo masalah duit.Hmm” Lila tersenyum tak henti-henti. Dilihatnya semangkuk kacang mede itu. “Dikiranya gue nggak tau kalo ni kacang dari Maknya.” Lila terkekeh geli.

“Oke, sekarang saatnya buat cokelat yang udah mati-matian gue pelajarin sejak zaman nenek moyang gue. Mumpung Bunda belum pulang.”Lila mengepalkan tangan sangat bersemangat.

“Fighting!!!” Lila berseru.

                                                                            ***


Malam itu Nino sedang tidak bisa belajar. Dia penasaran apa yang akan dikerjakan Lila dengan kacang medenya. Ditulisnya kemungkinan-kemungkinan yang bersarang di pikirannya.
  
11.   Lila mungkin calo kacang mede di sekolahnya ? :D
22. Lila mungkin kurang vitamin B ? masa kena beri-beri ? Kan nggak suka kacang-kacangan L
33.    Lila mungkin bikin kue ato  cokelat ? bentar lagi kan Valentine. J  :D



 "Kalo kemungkinan pertama, mana mungkiin??? Gue udah kenal Lila sejak TK, masa calo kacang mede? Perasaan itu anak nggak ada bakat-bakat bisnis. Ke pasar aja dikibulin pembeli. Kayaknya enggak deh kalo yang pertama.” Nino mencoret kemungkinan pertama.

“Kalo kemungkinan kedua, perasaan itu anak sejak lahir nggak pernah sakit deh. Sakitnya Cuma waktu SD, sakit cacar sama waktu SMA, sakit anemia. Tapi menurut gue orangnya gatotkaca banget. Nggak gampang sakit deh. Lagian sekarang dia kan udah sabuk item Taekwondo. Masa superwomen beri-beri??? No way..” sekali lagi Nino mencoret kemungkinan kedua.

Tinggal kemungkinan ketiga. Nino senyum-senyum sendiri membayangkannya. Masa sih tu anak bikin kue ato cokelat? Perasaan tu anak nggak bisa masak deh..Tapi,kalo iya, buat siapa ya?, pikir Nino. Dia mengacak-acak rambutnya, berusaha menghilangkan pikiran aneh dari kepalanya. Dia  mematikan lampu belajarnya dan pergi tidur. 

                                                                           ***


Di sekolah, Lila sedang menimbang-nimbang keputusannya untuk memberikan cokelat buatannya pada seseorang yang ia sukai. Kak Nathan, seniornya sekaligus cowok paling popular di sekolahnya. Kak Nathan orangnya baik, jago main basket; futsal, gantengnya 11-12 sama Bi Rain artis korea yang terkenal di Hollywood. Pokoknya Nathan sempurna di mata Lila. Tapi Nathan kelewat cuek dan tidak respek sama Lila. Meskipun mereka saling kenal tapi bagi Lila, Nathan memiliki dunia sendiri. Karena takut ditolak, akhirnya Lila membatalkan niatnya mengungkapkan perasaannya pada Nathan.

Setiap hari Lila hanya memandang Nathan berlalu di hadapannya. Ia bahkan tidak berani mengajak bicara dan hanya sekedar menyapa. Meskipun ia hanya bisa melihat sosok Nathan dari balik punggungnya, ia tetap menyayangi Nathan. Lila menghela napas pelan, akhirnya membuang kotak cokelatnya ke tempat sampah di sampiang ia berdiri dan berlalu pergi.

Hingga waktu pesta Perpisahan angkatan Nathan, Lila masih tidak mampu mengatakan perasaannya.

“Gue mau ke Perancis. Buat nerusin kuliah di sana. Selamat berjuang ya dik.” Nathan berkata dengan sedih saat sambutannya di acara itu. Membuat Lila merasa sedih sekali. Sepertinya Tuhan tak berpihak padanya.
                                                                    
                                                                          ***

Lila berlari menuju Bandara Soekarno Hatta dan membulatkan tekadnya. Ia tak ingin kehilangan Nathan. Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk terakhir kalinya. Ia tak peduli akan ditolak atau menunggu Nathan untuk waktu yang lama. Dilihatnya orang berlalu lalang di hadapannya.  Sempat terbersit keraguan di hati Lila, mampukah ia mengungkapkan perasaannya pada Nathan ?.

“Gue di bandara, No, sepertinya gue bakal ungkapin perasaan gue sama Nathan, gue sayang sama Nathan dan gue nggak mau kehilangan kesempatan ini No.” Lila menjawab telepon dari Nino. Lila memutus teleponnya, saat ini ia tak ingin ada yang merusak tekadnya, tak terkecuali sahabatnya sendiri.

 Setelah menunggu selama kurang lebih setengah jam lamanya, akhirnya Nathan muncul . Lila sontak berdiri dan menyapa Nathan dengan sedikit gugup. Dilihatnya Nathan menyeret kopernya dengan susah payah. Nathan tersenyum melihat Lila menyapanya.

“Hai, kak Nathan. Kayaknya emang bener-bener mau pergi ya?” Lila mencoba bersikap santai. Ia meremas tangannya berusaha mengusir hawa dingin yang menusuk hatinya.

Nathan hanya tersenyum. Lesung pipit yang menghiasi kedua pipi Nathan membuat Lila merona. “Yap. Raihlah cita-citamu meski ke negeri Perancis.”

Kata-kata itu seketika meruntuhkan kepercayaan diri Lila. Ingin sekali ia meminta Nathan untuk tidak pergi. Batin Lila benar-benar tersiksa dengan keadaan ini. Matanya mulai berkaca-kaca, ia reflex menundukkan wajahnya agar Nathan tak melihatnya. Namun akhirnya Lila mengangkat wajahnya dan menyunggingkan senyum yang terlihat agak dipaksakan. Lila yakin ia cukup berhasil melakukannya dan syukurlah Nathan masih juga tak menyadarinya. “Nath,ayo!”

Nathan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dilambaikannya tangan Nathan ke arah perempuan itu. “Siapa itu kak?” Lila memberanikan diri bertanya pada Nathan.

“Kami cukup dekat. Kami berencana pergi bersama.” Jelas Nathan. Nathan tidak  tahu betapa hancurnya hati Lila. 

“Gue pergi dulu ya.” Nathan tersenyum untuk yang terakhir kalinya.

“Kak, selamat berjuang ya…sampai ketemu lagi.” Lila mencoba tersenyum meski sangat berat. Dalam hatinya, ia masih berharap agar Nathan tidak pergi.

Di kepalanya terdengar alunan lagu Pemilik Hati-nya Armada versi ballad.

Kau terindah, kan s’lalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah, kan s’lalu terindah 
Harus  bagaimana ku mengungkapkannya
Kau pemilik hatiku….
*(Pemilik Hati by Armada)
                                                                            
                                                                       ***
No one ever sees
No one feels the pain
As tears drop in the rain
I wish upon a star
I wonder way you are
*(Tears drop in the rain by CN BLUE)


Ia berlari dan terus berlari. Menapaki jalan penuh genangan air. Ia tidak peduli sekalipun ia basah kuyub diterpa hujan lebat. Ia ingin menumpahkan segala kesedihannya bersamaan dengan hujan yang mengguyurnya. Ia menangis sejadi-jadinya.

Hingga tempat terakhir yang berhasil ia tuju adalah sebuah gubuk tempatnya mengadu suka maupun duka bersama sahabatnya. Kali ini ia sangat butuh sahabatnya itu. Ia berharap sahabatnya ada di dekatnya sekarang. Dari kejauhan sayup-sayup dilihatnya ternyata sahabatnya sedang menantinya di gubuk itu. Segala emosi telah tercampur aduk dalam hatinya. Ia tak dapat menahannya sekarang. .

“Aaaaaarggghhhh…..!!!!!!” Lila berteriak sekuat tenaga melampiaskan kekecewaannya,kesedihannya,kemarahannya dan penyesalannya. Nino berlari menuju tempat Lila, tak peduli hujan lebat mengguyur tubuhnya. Yang ia inginkan hanya menghampiri Lila , menghilangkan segala kesedihannya dan memeluknya. Menenangkannya.  Ia mengusap air mata yang tersembunyikan air hujan dari pipi Lila.

“Semua akan baik-baik saja.” Nino membisikkan kata-kata itu sepenuh hati berharap  membuat hati Lila mulai tenang.

Nino menatap Lila dengan rasa sayang sebagai sahabat bahkan lebih dari itu. Ia meraih tangan Lila.

“Ayo,berteduh.” Nino mengajak Lila menuju tempat mereka. Lila mengangguk. Nino sekarang sadar apa yang ia rasakan pada Lila. Meskipun ia tak tahu apa yang akan ia lakukan nantinya dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang Nino tahu, ia hanya ingin Lila ada di sisinya dan bahagia karena dirinya. Namun mereka hanya saling diam di gubuk itu. Kata hati mereka tak terdengar bagai tertelan oleh derasnya hujan. Berharap hujan akan menghapus luka yang ada dan memberi kelegaan bagi keduanya. Sayangnya mereka terlalu sibuk dengan perasaannya masing-masing.Tak satupun mulai berbicara. 


To be continue...